Majalah Jakarta Barat – Rektor UI buka jalan pendidikan spesialis bagi dokter Palestina Universitas Indonesia (UI) kembali menunjukkan kiprahnya dalam diplomasi kemanusiaan internasional. Rektor UI resmi membuka jalan bagi para dokter asal Palestina untuk menempuh pendidikan spesialis di Indonesia. Langkah ini bukan hanya bentuk solidaritas akademik, tetapi juga kontribusi nyata UI dalam mendukung perjuangan kemanusiaan rakyat Palestina yang hingga kini masih bergulat dengan krisis panjang.
baca juga:Kabel Tersangkut Truk, 13 Lampu Lalu Lintas di Slipi Mati
Pendidikan Sebagai Jembatan Solidaritas
Dalam acara peresmian kerja sama yang digelar di Kampus UI Depok, Rektor UI menyampaikan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk membangun masa depan bangsa. “Palestina membutuhkan dokter-dokter spesialis yang handal untuk melayani rakyatnya di tengah situasi konflik dan keterbatasan fasilitas kesehatan. UI ingin hadir sebagai mitra, memberikan akses dan dukungan melalui jalur pendidikan,” ujarnya.
Program ini akan memungkinkan para dokter Palestina mengikuti program pendidikan spesialis di berbagai bidang penting seperti bedah, penyakit dalam, anak, kebidanan dan kandungan, serta anestesiologi. Bidang-bidang ini dipilih karena merupakan kebutuhan mendesak di wilayah konflik yang sering menghadapi situasi darurat medis.
Dukungan Pemerintah dan Mitra Internasional
Inisiatif UI mendapat dukungan langsung dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pemerintah menilai langkah ini selaras dengan politik luar negeri Indonesia yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Selain itu, sejumlah lembaga kemanusiaan internasional juga menyatakan kesiapan mendukung program tersebut melalui bantuan beasiswa, penyediaan akomodasi, hingga kerja sama riset. “Kerja sama ini adalah bentuk nyata diplomasi solidaritas. Dunia pendidikan menjadi pintu masuk untuk memperkuat hubungan Indonesia–Palestina,” kata seorang pejabat Kemlu.
Tantangan Medis di Palestina
Selama bertahun-tahun, sistem kesehatan Palestina menghadapi tantangan besar. Konflik berkepanjangan membuat rumah sakit kekurangan tenaga spesialis, alat medis terbatas, bahkan akses obat-obatan sering terhambat. Akibatnya, banyak pasien yang membutuhkan perawatan serius harus menunggu lama atau mencari bantuan ke luar negeri.
“Dengan adanya dokter-dokter yang dididik di UI, kami berharap mereka bisa kembali membangun layanan kesehatan yang lebih kuat di tanah air kami,” ujar salah satu perwakilan dokter muda Palestina yang hadir dalam acara tersebut.
Harapan dari Civitas Akademika
Civitas akademika UI menyambut hangat program ini. Para dosen dan mahasiswa melihat kesempatan ini sebagai bentuk nyata peran kampus dalam isu global. Selain memberi manfaat bagi Palestina, program ini juga memperkaya pengalaman akademik di UI melalui pertukaran budaya, riset bersama, dan jaringan internasional yang lebih luas.
“Mahasiswa kedokteran UI bisa belajar langsung dari pengalaman dokter Palestina yang sering menghadapi kondisi darurat di lapangan. Itu akan jadi pelajaran berharga bagi semua pihak,” kata Dekan Fakultas Kedokteran UI.
Penutup
Langkah Rektor UI membuka jalan pendidikan spesialis bagi dokter Palestina menegaskan kembali peran pendidikan sebagai jembatan solidaritas kemanusiaan. Di tengah konflik dan penderitaan, inisiatif ini memberi harapan baru: bahwa melalui ilmu pengetahuan, hubungan antarbangsa bisa diperkuat dan masa depan yang lebih baik bisa dibangun.
Bagi Palestina, kesempatan ini bukan sekadar beasiswa. Ini adalah dukungan moral, simbol persaudaraan, dan bukti nyata bahwa dunia tidak berpaling. Bagi Indonesia, inisiatif ini mempertegas posisi sebagai bangsa yang tidak hanya bersuara, tetapi juga bertindak untuk kemanusiaan.